Thursday, February 20, 2014

Sebuah cerita pendek, pt.2

Part.2

"... Masa-masa kegelapan itu sudah berlalu, kini secercah harapan baru mulai tampak. Awan hitam yang tadinya pekat menyelimuti dirinya perlahan-lahan memudar, sekarang rasa optimismenya muncul, semangat dan bara kagum akan menuai api, menyala-nyala, tak gentar lawan menyerangnya beribu kali. Ya priska kini siap untuk meneruskan skripsinya yang sudah hampir usang ditelan debu. Tak penting baginya kini komunikasi (yang selama ini gue rasain, sih) baik itu jejaring sosial, kanal blackberry messenger, dan lain sebagainya. Ya, sekali lagi priska siap melawan geliatnya skripsi. Meski entah apa yang terbesit dipikirannya kali ini seperti halnya kura-kura, ratusan playlist, projek tanpa harapan bersama pria-pria yang mengaguminya, Terserah!!! Yang penting kini soal skripsi tidak ada kata Menyerah!! Dan kembali kedepan layar monitor komputernya priska memulai lagi, babak baru, semangat baru, tapi tunggu dulu, bukan skripsi yang dilanjuti. Tetapi... Tetapi... Ya babak baru Priska Aprilianti (yang kini belakangnya ada nama "N.F") berfantasi dengan foto-foto bergaya selfie...~" TAMAT

Wednesday, February 12, 2014

Pito.

Pito. That name. I won't forget it.
This is my first time to met him. After my mom told me everything a about him.
He is sick. He got an insident before. Someone was hit him by car. His leg is broke. But luckily, a man who hit him was directly bring him to a masage theraphy place. It's a traditional place that could help people who broke their bones.
Actually, I knew him from my mom. Well, my mom went to a masage place to visited my neighbor who broke her hand. And that was my mom first time met him.
Singkat cerita dalam bahasa indonesia. Jadi, mamahku lah yang pertama ketemu dia, dan memaksaku dan seluruh adik adikku untuk menjenguknya. jadi dia ternyata adalah seorang pengamen. Cukup miris. Seperti yang sering aku lihat dipinggir jalan sepanjang lampu merah. Ya, begitulah hidupnya. Umurnya 12 tahun. Selang setahun dengan adikku, tepat yang berada di posisi kiri di foto atas. Ketika aku bertanya, apakah ia sekolah. Dia jawab ya. Aku tanya kelas berapa, dia jawab 6. Kemudian selang beberapa menit aku tanya lagi kelas berapa, dan dia jawab kelas 3. Lalu aku bingung. Aku bilang dia berbohong. Lalu dia menjelaskan bahwa sebenernya dia kelas 6, kalau kalau dia selalu naik kelas. Tapi ternyata dia tidak naik kelas. Dan sekarang tetap kelas 3. Well. Make sense. Kemudian kita berbincang bincang tentang keluarga. Mirisnya, selama hampir satu minggu dia berada di tempat itu, tidak ada satupun dari keluarganya yang menjenguk atau menengokinya. Yang datang hanyalah seorang pengamen yang merupakan teman pito ini. Pito... Ah. Andai saja kau berjumpa dengannya. Pasti kau selalu akan tersenyum. Betapa lugu dan polosnya dia. Selugu saat dia menolak untuk diadopsi oleh orang yang sudah menabraknya ini. Oh ya, yang menabrak dia umurnya sekitar 19th. Anak seorang dokter. Dan dokter tersebut ingin mengadopsi Pito untuk menjadi anaknya. Tapi, karena tidak ada pendekatan, langsung saja pito menolak dengan mentah. Layaknya anak kecil, berpikir pendek, dan hanya melakukan apa yang disukainya. Tidak berpikir panjang, dan hanya mengikuti kata hatinya. Memang tidak mudah untuk mengajak anak ini bicara. Akupun harus membuatnya tertawa berkali kali, seakan membuat dia nyaman akan keberadaanku. Barulah kita bisa bercerita.. Dia sangat senang bertemu dede. Tyas. Maksudku tyas. Adikku. Mungkin karena mereka hampir seumuran. Aku bisa merasakan sedikit rasa gembira dalam diri pito setelah kami datang. Setelah satu hari lebih tidak ada satupun yang mengunjunginya. Aku sempat bercerita tentang pekerjaan ku yang merupakan seorang guru bahasa inggris. Dan dia terlihat bahagia ketika aku mengajarinya membaca abjad dalam bahasa inggris. Dimulai dari abcdefghijklmn dan seterusnya. Lalu aku coba bertanya beberapa pertanyaan seputar matematika. Dia bukan anak yang bodoh. Ketika aku mendengar dia sering tidur dikolong jembatan. Aku kaget, air mata hampir berada diujung kelopak mataku. Aku diam seribu bahasa. Entah diam atau berbahasa. Entahlah. Aku hanya bisa bilang. Jangan lagi. Pulanglah kerumah.

Sepertinya, hari ini dia sudah dapat pulang kerumah. Tapi aku masih belum mendapatkan berita tentang kepulangannya. Rumahnya didaerah tangerang ujung. Ah, sewan kalo nggak salah namanya. Akupun sedikit asing mendengarnya. Hahahaa. Sudahlah. Intinya. Selamat malam. Mari bersyukur. :)

Tuesday, February 4, 2014

Sebuah cerita pendek. Karya teman.

"Disebuah kota berlokasikan dipinggir kota jakarta, tepatnya dijalan.kunciran, ciledug tangerang. Terkisahlah seorang anak manusia berparaskan cantik jelita dengan gaya yang agak sedikit tomboy namun sebenarnya hatinya baik kesehariannya disibukkan oleh jadwal kuliah yang sebenarnya tidak terlalu padat tapi karena maklum sedikit lagi harus menyelesaikan skripsinya yang tak kunjung usai ibarat mencari jarum didalam tumpukkan jerami Si Priska itu malah kini harus menanggung beban diotaknya untuk menyelesaikan sripsinya tersebut demi sebuah ijazah yang konon sampai saat ini sangat berharga untuk hiasan diruang tamu rumah. Tapi priska tetaplah seorang wanita biasa, meski tekanan datang dari segala penjuru baik itu orang tua sampai para dosennya yang sudah tidak sanggup untuk mengajarkan dan sepertinya para dosen sudah kehabisan akal dengan mahasiswi yang satu ini. Kini priska malah asyik mendengarkan lagu dari band-band yang terdapat diplaylistnya, entah apa yang ada dipikirannya saat ini perhatiannya lebih tertuju kepada musik ketimbang buku-buku bahkan skripsinya sendiri hampir dilupakannya. banyak pria yang sebenarnya naksir untuk bisa mendapatkan wanita satu ini. Layaknya siti nurbaya yang hidup dizaman dulu tapi ini beda priska justru cuek dengan segala hal yang menyangkut dirinya. Kembali ke headphone kesayangannya yang masih "nyantol" digadgetnya priska gadis berusia kurang lebih 25 tahunan itu memutar Pink Floyd - High Hopes salah satu judul lagu dari album Division Bell. Priska Aprillianty nama lengkap wanita itu dan sampai kini belum juga merasakan apa itu cinta yang sebenarnya." -TAMAT-

Whoa. That's a story about me. In other perception. In other point of view. Idk why suddenly he gave that cool shit story to me. Well, he's my friend. His name is Ahmad budiarjo. And i always called him "Burjo" because everytime i look at his name while my belly is empty i feel like i read something about burjo. So i said to him that his name is Burjo. Actually, he is a writer on a web-zine or something like that. Ok, he is teasing me. He wrote my age about 25, i know. He is teasing me. That is not really true. Im just 22 years old. And why the heck on earth he is talked about my thesis like that? Actually. He doesnt know what happened with my thesis. I'm on experiment's time right now. So i spends my time in school. Not stucking in front of the computer to think about what kind of shit that i should write later. Thats it. And thats the point. Slow fans. i think thats all. My brain is slipped while I watch Jules video here. So i'd better stop this one. Ok bye.



G-Pluck Beatles.

Well, if you lived in Indonesia and you are a big fucking fans of The Beatles, you should know this band. this one fucking band. G-PLUCK BEATLES. well I had an opportunity to watched them free on Beatles Night at Carburator Spring Cafe- Bintaro on 26 June 2013 with my brother and sister. they trying to be look a like a beatles. and that was funny, because.... Ah, you should see them by your own eyes. They're just awesome :)
Oh, it because this place is not really a huge venue, and i only got a table in the second floor, so i can't really get a nice and a lot of picture because my sister and brother didn't allowed me to leave them.
But really, you should watch them live. they're just awesome and shit, the bassist is someone who play for the band called "SORE", that is my favorite band too. i listened to them since i was in Senior High School. but I forgot his name, he has something like "Granida" or something in his middle name. Ah...